A.
Pengertian
Demam Berdarah Dengue
Menurut
Departemen Kesehatan RI (2004), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan nyamuk
aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2─7 hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda
pendarahan dikulit berupa bintik pendarahan (petichiae), dan lebam atau
ruam. Kadang-kadang disertai mimisan, berak darah, muntah darah dan kesadran
menurun atau shock.
Demam
berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorrhagic fever (DHF) bukan penyakit baru di Indonesia.wabah DBD bukan
dimulai di Indonesia, melainkan di Yunani, Amerika Serikat, Australia dan
Jepang, yang terjadi pada sekitar 1920.
B.
Penyebab
Demam Demam Berdarah Dengue
Virus
dengue merupakan penyebab penyakit
DBD yang memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia. Nyamuknya
sendiri harus nyamuk belang-belang hitam putih Aedes, dan bukan oleh jenis nyamuk lainnya. Kita mengenal jenis
nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang gemar
hidup didalam rumah, dan ada juga nyamuk Aedes
albopictus, nyamuk belang hitam putih juga yang lebih menyukai tinggal
dikebun sekitar rumah. Dua-duanya bisa menjadi pembawa virus dengue
atau disebut vector. Untuk Indonesia,
Aedes aegypti lebih sering sebagai
pembawa virus dengue dibanding Aedes
albopictus.
Berbeda
dengan nyamuk Aedes albopictus yang
hidup dikebun, nyamuk Aedes aegypti
lebih menyukai tinggal diruangan rumah yang sejuk, lembab dan gelap. Hinggapnya
bukan di dinding, melainkan barang-barang yang bergelantungan dikamar.
Nyamuk
demam berdarah bukan tergolong rakus, ia hanya menggigit pada jam-jam tertentu
saja, itu pun hanya nyamuk betina yang menggigit. Darah manusia dibutuhkan
untuk bertelur, jam praktik nyamuk Aedes
yakni pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pada pukul 15.00 – 17.00
diluar jam praktiknya nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk
bertelur.
C.
Gejala
Penyakit Demam Berdarah Dengue
1. Demam
mendadak 2 - 7 hari dengan suhu 38 - 40 derajat Celsius
2. Sakit
Kepala
3. Nyeri
di belakang mata
4. Rasa
nyeri pada otot tubuh
5. Tulang
terasa nyeri
6. Bercak
merah dikulit (ruam)
7. Sel
darah putih (Leukosit) menurun/ rendah
8. Munculnya
tanda pendarahan
D.
Proses
Masuknya Virus di Dalam Tubuh
Dengan
masuknya virus dengue, didalam tubuh berangsung
reaksi hebat. Reaksi itu sedemikian rupa, sehingga pipa pembuluh darah dibagian
tubuh mana saja mengalami kebocoran. Plasma darah merembes keluar dari pipa
pembuluhnya, baik pipa yang berukuran besar maupun yang kecil.
Selain
kerusakan pipa pembuluh darah, sebagai akibat reaksi dalam darah yang timbul
oleh masuknya virus, sumsum tulang juga
ikut rusak, padahal sumsum tulang merupakan pabrik pembuat segala jenis sel
darah, maka produksi sel-sel darah ditekan, produksi sel darah menurun, termasuk
sel darah merah, sel darah putih, dan
sel pembeku darah trombosit.
Bukan
hanya itu, reaksi di dalam tubuh akibat masuknya virus dengue selain sel
trombositnya berkurang, juga menurunkan zat pembeku darah. Padahal dibutuhkan thrombocyt lebih banyak untuk menambal
diding pipa pembuluh darah yang sudah
bocor dimana-mana.
Semakin
banyak pipa pembuluh darah yang bocor di dalam tubuh, semakin menyusut
persediaan thrombocyt di dalam tubuh.
Sedang produksinya sendiri sudah menurun. Itu sebabnya mengapa pada kasus DBD
selain trombosit, Hb (hemoglobin),
dan leucocyt (sel darah putih)
cenderung terus menurun, sedang Hct (hematrokrit)
meningkat.
Nilai
Hct yang meninggi menunjukkan tingkat
pengentalan darah yang sudah terjadi akibat merembesnya plasma darah keluar
dari pembuluhnya (hemokonsentrasi).
Semakin banyak plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh darah, semakin
meningkat nilai Hct.
Untuk
memonitor perjalanan penyakit, pemeriksaan darah tersebut sangat penting. Thrombocyt dan leucocyt yang terus menurun, dan Hct yang terus meningkat, merupakan
tanda bahwa penyakit DBD-nya semakin memburuk.
DBD
terjadi jika serangan virus dengue
untuk yang kedua kalinya. Infeksi pertama kali hanya menimbulkan penyakit
“demam 5 hari” saja. Dengan atau tanpa obat, penyakit ini akan sembuh sendiri
dan berlalu begitu saja. Dalam tubuh yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sudah terbentuk zat antibody
terhadap virus dengue. Tubuh sudah
lebih sensitive terhadap infeksi virus setelah memasuki tubuh untuk yang kedua
kalinya. Pada saat itulah terjadi reaksi tubuh yag lebih dahsyat atau hypersensitivity. Reaksi tubuh yang
hebat ini menimbulkan gejala dan tanda DBD.
Perjalanan
penyakit DBD sering sukar diramalkan, karena sebagian penderita dengan renjatan
yang berat dapat disembuhkan walaupun hanya dengan pengobatan yang sederhana.
Selain itu hal ini juga terjadi karena pengawasan yang minim, sehingga tahap
awal penularan epidemi biasanya tidak terdeteksi, dengan kasus yang banyak
tidak dilaporkan sampai epidemi ini diakui sebagai demam berdarah, yang
biasanya terjadi dekat dengan transmisi puncak, kemudian menjadi terlalu banyak
dilaporkan. Keadaan darurat pengendalian nyamuk biasanya dimulai pada waktu
tersebut, tetapi upaya ini biasanya salah arah, terlalu sedikit dan terlalu
terlambat untuk memiliki berbagai pengaruh pada epidemi (Gubler, 2002).
E.
Riwayat
Alamiah Penyakit DBD
1.
Tahap
Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat
2.
Tahap
Patogenesis
a. Tahap
Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari ke1-4
b. Tahap
Penyakit Dini
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2
atau lebih gejala diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri
persendian. Di mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata
menunjukkan peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 0C
– 41 0C, dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun.
c. Tahap
Penyakit Lanjut
Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi
perdarahan dan leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
3.
Tahap
Pasca Pathogenesis
Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan
sembuh bagi yang mendapatkan penanganan yang tepat
F.
Pencegahan
Penyakit DBD
1. Primary Prevention
Melakukan
kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat yang
cukup ( meningkatkan daya tahan tubuh). Fogging atau pengasapan hanya akan
mematikan nyamuk dewasa, dan tidak membunuh jentik nyamuk, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air, selain itu dilakukan pula perbaikan
kondisi lingkungan seperti membersihkan halaman rumah setiap hari.
2. Secondary Prevention
Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) pada hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD
adalah :
a. Mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam
24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu).
b. Penambahan
cairan tubuh melalu infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
c. Transfusi
platelet (trombosit) dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
d. Selanjutnya
adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan demam
Garamelektrolit (oralit) jika disertai diare
Ekstrak Daun Jambu Biji bisa mengatasi DBD
3. Tertary
Prevention
Merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit DBD dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit tersebut dengan meakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tersebut dapat
berupa rehabilitasi mental, yaitu agar bekas
penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara
memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula
kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
Rehabilitasi
sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan atau
jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
G.
Peran
Ahli Kesehatan Masyarakat
Berikut
peran yang dapat dilakukan oleh ahli kesehatan masyarakat terhadap masalah
demam berdarah dengue :
1.
Memberikan Pendidikan dan Penyuluhan
Tentang Kesehatan Pada Masyarakat
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
dan meningkatkan pengetahuan masyrakat tentang kesehatan. Selain itu juga
dilakukan untuk membina peran serta masyarakat melalui berbagai jalur
komunikasi dan informasi kepada masyarakat, seperti melalui televisi, radio dan
media massa lainnya, kerja bakti dan lomba-lomba yang berkaitan dengan
kesehatan di kelurahan atau desa, sekolah atau tempat-tempat umum lainnya.
2.
Memberdayakan Kearifan Lokal Yang Ada
Misalnya kearifan lokal masyarakat
di pedesaan yaitu gotong royong. Hal ini jika dilakukan secara rutin tiap
minggunya dalam bentuk bersama-sama membersihkan lingkungan sekitar akan sangat
berguna untuk meningkatkan status kesehatan.
3.
Melakukan Program Abatisasi
Program ini secara massal memberikan
bubuk abate secara cuma-cuma kepada seluruh rumah, terutama di wilayah yang
endemis DBD semasa musim penghujan. Tujuannya agar kalau sampai menetas, jentik
nyamuknya mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang akan
menambah besar populasinya (Nadesul, 2007). Abitasasi selektif atau larvasidasi
selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida ke dalam
penampungan air yang positif terdapat jentik aedes (Widoyono, 2008).
4.
Penggerakan PSN
Kegiatan PSN dengan menguras dan
menyikat TPA seperti bak mandi atau WC, drum seminggu sekali, menutup
rapat-rapat TPA seperti gentong air atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas
bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk melakukan PSN
DBD. Masyarakat diharapkan rutin melakukan kegiatan tersebut dan pihak
pemerintah melakukan pemeriksaan jentik berkala, sehingga pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik.
5.
Melakukan Upaya Pencegahan Gigitan
Nyamuk
Pencegahan gigitan nyamuk dapat
dilakukan dengan pemakaian kawat kasa, menggunakan kelambu, menggunakan obat
nyamuk (bakar, oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur
siang, dan menggantung baju. Pemakaian kasa pada ventilasi yang dilakukan
merupakan pencegahan secara fisik terhadap nyamuk yang bertujuan agar nyamuk
tidak sampai masuk rumah ataupun kamar tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar