Sabtu, 25 Mei 2013

Demam Berdarah Dengue



A.    Pengertian Demam Berdarah Dengue
Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan nyamuk aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2─7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik pendarahan (petichiae), dan lebam atau ruam. Kadang-kadang disertai mimisan, berak darah, muntah darah dan kesadran menurun atau shock.
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) bukan penyakit baru di Indonesia.wabah DBD bukan dimulai di Indonesia, melainkan di Yunani, Amerika Serikat, Australia dan Jepang, yang terjadi pada sekitar 1920.

B.    Penyebab Demam Demam Berdarah Dengue
Virus dengue merupakan penyebab penyakit DBD yang memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia. Nyamuknya sendiri harus nyamuk belang-belang hitam putih Aedes, dan bukan oleh jenis nyamuk lainnya. Kita mengenal jenis nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang gemar hidup didalam rumah, dan ada juga nyamuk Aedes albopictus, nyamuk belang hitam putih juga yang lebih menyukai tinggal dikebun sekitar rumah. Dua-duanya bisa menjadi pembawa virus  dengue atau disebut vector. Untuk Indonesia, Aedes aegypti lebih sering sebagai pembawa virus dengue dibanding Aedes albopictus.
Berbeda dengan nyamuk Aedes albopictus yang hidup dikebun, nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tinggal diruangan rumah yang sejuk, lembab dan gelap. Hinggapnya bukan di dinding, melainkan barang-barang yang bergelantungan dikamar.
Nyamuk demam berdarah bukan tergolong rakus, ia hanya menggigit pada jam-jam tertentu saja, itu pun hanya nyamuk betina yang menggigit. Darah manusia dibutuhkan untuk bertelur, jam praktik nyamuk Aedes yakni pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pada pukul 15.00 – 17.00 diluar jam praktiknya nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur.

C.    Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
1.     Demam mendadak 2 - 7 hari dengan suhu 38 - 40 derajat Celsius
2.     Sakit Kepala
3.     Nyeri di belakang mata
4.     Rasa nyeri pada otot tubuh
5.     Tulang terasa nyeri
6.     Bercak merah dikulit (ruam)
7.     Sel darah putih (Leukosit) menurun/ rendah
8.     Munculnya tanda pendarahan

D.    Proses Masuknya Virus di Dalam Tubuh
Dengan masuknya virus dengue, didalam tubuh berangsung reaksi hebat. Reaksi itu sedemikian rupa, sehingga pipa pembuluh darah dibagian tubuh mana saja mengalami kebocoran. Plasma darah merembes keluar dari pipa pembuluhnya, baik pipa yang berukuran besar maupun yang kecil.
Selain kerusakan pipa pembuluh darah, sebagai akibat reaksi dalam darah yang timbul oleh  masuknya virus, sumsum tulang juga ikut rusak, padahal sumsum tulang merupakan pabrik pembuat segala jenis sel darah, maka produksi sel-sel darah ditekan, produksi sel darah menurun, termasuk sel darah merah, sel darah  putih, dan sel pembeku darah trombosit.
Bukan hanya itu, reaksi di dalam tubuh akibat masuknya virus dengue selain sel trombositnya berkurang, juga menurunkan zat pembeku darah. Padahal dibutuhkan thrombocyt lebih banyak untuk menambal diding pipa pembuluh darah  yang sudah bocor dimana-mana.
Semakin banyak pipa pembuluh darah yang bocor di dalam tubuh, semakin menyusut persediaan thrombocyt di dalam tubuh. Sedang produksinya sendiri sudah menurun. Itu sebabnya mengapa pada kasus DBD selain trombosit, Hb (hemoglobin), dan leucocyt (sel darah putih) cenderung terus menurun, sedang Hct (hematrokrit) meningkat.
Nilai Hct yang meninggi menunjukkan tingkat pengentalan darah yang sudah terjadi akibat merembesnya plasma darah keluar dari pembuluhnya (hemokonsentrasi). Semakin banyak plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh darah, semakin meningkat nilai Hct.
Untuk memonitor perjalanan penyakit, pemeriksaan darah tersebut sangat penting. Thrombocyt dan leucocyt yang terus menurun, dan Hct yang terus meningkat, merupakan tanda bahwa penyakit DBD-nya semakin memburuk.
DBD terjadi jika serangan virus dengue untuk yang kedua kalinya. Infeksi pertama kali hanya menimbulkan penyakit “demam 5 hari” saja. Dengan atau tanpa obat, penyakit ini akan sembuh sendiri dan berlalu begitu saja. Dalam tubuh yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sudah terbentuk zat antibody terhadap virus dengue. Tubuh sudah lebih sensitive terhadap infeksi virus setelah memasuki tubuh untuk yang kedua kalinya. Pada saat itulah terjadi reaksi tubuh yag lebih dahsyat atau hypersensitivity. Reaksi tubuh yang hebat ini menimbulkan gejala dan tanda DBD.
Perjalanan penyakit DBD sering sukar diramalkan, karena sebagian penderita dengan renjatan yang berat dapat disembuhkan walaupun hanya dengan pengobatan yang sederhana. Selain itu hal ini juga terjadi karena pengawasan yang minim, sehingga tahap awal penularan epidemi biasanya tidak terdeteksi, dengan kasus yang banyak tidak dilaporkan sampai epidemi ini diakui sebagai demam berdarah, yang biasanya terjadi dekat dengan transmisi puncak, kemudian menjadi terlalu banyak dilaporkan. Keadaan darurat pengendalian nyamuk biasanya dimulai pada waktu tersebut, tetapi upaya ini biasanya salah arah, terlalu sedikit dan terlalu terlambat untuk memiliki berbagai pengaruh pada epidemi (Gubler, 2002).

E.    Riwayat Alamiah Penyakit DBD
1.     Tahap Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat
2.     Tahap Patogenesis
a.     Tahap Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari  ke1-4
b.     Tahap Penyakit Dini
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian. Di mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata menunjukkan peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 0C – 41 0C, dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun.
c.     Tahap Penyakit Lanjut
Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
3.     Tahap Pasca Pathogenesis
Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan sembuh bagi yang mendapatkan penanganan yang tepat

F.    Pencegahan Penyakit DBD
1.     Primary  Prevention
Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup ( meningkatkan daya tahan tubuh). Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, dan tidak membunuh jentik nyamuk, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air, selain itu dilakukan pula perbaikan kondisi lingkungan seperti membersihkan halaman rumah setiap hari.
2.     Secondary  Prevention
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) pada hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah :
a.     Mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh  dan  gula, sirup atau susu).
b.     Penambahan cairan tubuh melalu infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
c.     Transfusi platelet (trombosit) dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
d.     Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan  demam
Garamelektrolit (oralit) jika disertai diare
Ekstrak Daun Jambu Biji bisa mengatasi DBD
3.     Tertary Prevention
Merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit DBD dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit tersebut dengan meakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tersebut dapat berupa rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.

G.   Peran Ahli Kesehatan Masyarakat
Berikut peran yang dapat dilakukan oleh ahli kesehatan masyarakat terhadap masalah demam berdarah dengue :
1.     Memberikan Pendidikan dan Penyuluhan Tentang Kesehatan Pada Masyarakat
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan masyrakat tentang kesehatan. Selain itu juga dilakukan untuk membina peran serta masyarakat melalui berbagai jalur komunikasi dan informasi kepada masyarakat, seperti melalui televisi, radio dan media massa lainnya, kerja bakti dan lomba-lomba yang berkaitan dengan kesehatan di kelurahan atau desa, sekolah atau tempat-tempat umum lainnya.
2.     Memberdayakan Kearifan Lokal Yang Ada
Misalnya kearifan lokal masyarakat di pedesaan yaitu gotong royong. Hal ini jika dilakukan secara rutin tiap minggunya dalam bentuk bersama-sama membersihkan lingkungan sekitar akan sangat berguna untuk meningkatkan status kesehatan.
3.     Melakukan Program Abatisasi
Program ini secara massal memberikan bubuk abate secara cuma-cuma kepada seluruh rumah, terutama di wilayah yang endemis DBD semasa musim penghujan. Tujuannya agar kalau sampai menetas, jentik nyamuknya mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang akan menambah besar populasinya (Nadesul, 2007). Abitasasi selektif atau larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik aedes (Widoyono, 2008).
4.     Penggerakan PSN
Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak mandi atau WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapat TPA seperti gentong air atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk melakukan PSN DBD. Masyarakat diharapkan rutin melakukan kegiatan tersebut dan pihak pemerintah melakukan pemeriksaan jentik berkala, sehingga pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik.
5.     Melakukan Upaya Pencegahan Gigitan Nyamuk
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan pemakaian kawat kasa, menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk (bakar, oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang, dan menggantung baju. Pemakaian kasa pada ventilasi yang dilakukan merupakan pencegahan secara fisik terhadap nyamuk yang bertujuan agar nyamuk tidak sampai masuk rumah ataupun kamar tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar