LENA'S BLOG!!
Senin, 20 Januari 2014
Sabtu, 25 Mei 2013
Perubahan Iklim
A.
Pengertian Perubahan Iklim
Global Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun
waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan
nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate
Conference, 1979). Sedangkan menurut Paulus Winarso (2007) iklim adalah
rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian,
mingguan, bulanan, musiman dan tahunan yang diperlihatkan dari ukuran catatan
unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dan sebagainya).
Menurut Hidayati (2007) studi tentang iklim mencakup kajian
tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan
kimiafisik yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan bumi. Keduanya
saling mempengaruhi, aktivitas atmosfer dikendalikan oleh fisiografi bumi, dan
fluktuasi iklim berpengaruh terhadap aktivitas di muka bumi. Iklim selalu
berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan
membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun
siklus beberapa tahunan . Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas
manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala
global maupun skala lokal.
Menurut Kolaborasi Bali Climate Change (2007) Perubahan
Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu tertentu
yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Sedangkan menurut Agus Winarso
(2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu,
tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya) secara global terhadap
normalnya. Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang terjadi
adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat
peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim
lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam tekanan udara, arah dan
kecepatan angin, dan curah hujan.
A.
Penyebab
Perubahan Iklim
Penyebab perubahan iklim global seharusnya dibiarkan terjadi
secara alami. Namun, campur tangan manusia terhadap alam semesta telah
mempercepat perubahan tersebut secara signifikan. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC), sebuah wadah diskusi Internasional yang khusus menyoroti
tentang perubahan iklim dunia, pada 2007 lalu telah menyatakan secara eksplisit
apa yang terjadi muka bumi ini. Di antaranya isu pemanasan global yang telah
dan sedang terjadi saat ini, temperatur bumi yang makin meningkat sebagai
dampak dari tangan-tangan manusia.
Perubahan iklim menunjuk pada adanya perubahan
pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan
manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas
iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu.
Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) adalah lepasnya
GRK ke atmosfer pada suatu area dan dalam jangka waktu tertentu. GRK sangat
berguna bagi bumi untuk menjaga permukaan bumi agar tetap hangat. Namun, akibat
GRK yang berlebihan terjadilah penumpukkan GRK, Emisi GRK yang
disebabkan oleh kegiatan manusia telah mengakibatkan adanya penebalan selubung
tersebut, sehingga banyak panas yang terperangkap dan memicu timbulnya
pemanasan global. Apa saja kegiatan manuasia yang dapat memicu meningkatnya
emisi GRK ? Ada dua jenis kegiatan manusia yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap peningkatan emisi GRK yaitu industri dan pertanian.
1. Industri
Pembakaran bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energi
telah meningkatkan gas-gas rumah kaca. Pembangkit-pembangkit listrik berbahan
bakar minyak bumi dan batu bara, serta mesin-mesin kendaraan bermotor banyak
melepaskan sejumlah gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2),
sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen
oksida (NOx) ke atmosfer. Penggunaan Klorofluorokarbon/KFK (Chlorofluorocarbon
(CFC) pada penyejuk udara (air conditioner) dan lemari es (refrigerator)
menjadikan gas CFC ikut dilepaskan ke atmosfer. Gas CFC juga dilepaskan ke
udara pada saat lemari es dan air conditioner rusak dan ditumpuk sebagai
sampah. Lebih jauh, pemanasan global ini mengakibatkan penipisan lapisan ozon.
2. Pertanian
Pertanian berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam dan
penggembalaan. Kegiatan penanaman di sawah dan penggembalaan ternak
menghasilkan gas metana (CH4) yang dilepaskan ke atmosfer. Nitrogen
oksida (NOx) dilepaskan ke atmosfer ketika pupuk yang mengandung
nitrogen digunakan dalam pertanian. Karbon
dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik seperti
kayu dan kotoran hewan juga dilepaskan ke atmosfer. Penggundulan hutan secara
ekstensif untuk pembukaan lahan pertanian turut mengurangi kemampuan tanah
dalam mengubah karbon dioksida di atmosfer. Kegiatan pertanian telah mengubah
komposisi gas-gas dan rumah kaca dan menambah panas atmosfer.
B.
Dampak
Perubahan Iklim
Perubahan
iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara
50-100 tahun. Meskipun perlahan, dampaknya sebagaian besar permukaan bumi
menjadi panas. Berikut merupakan data-data dari IPCC (Intergovermental Panel on
Climate Change) yang menggambarkan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat
ini;
a.
Telah
terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,76 derajat Celcius antara periode
1850 – 2005.
b.
11
dari 12 tahun terakhir (1995-2006) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu
terpanas sejak dilakukan pengukuran suhu pertama kali pada tahun 1850.
c.
Telah
terjadi kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar 1,8 mm per tahun
antara periode 1961 – 2003.
d.
Telah
terjadi kekeringan yang lebih intensif pada wilayah yang lebih luas sejak tahun
1970an, terutama di daerah tropis dan sub-tropis.
Terkait
dengan data tersebut, maka perubahan iklim akan mengakibatkan dampak yang
sangat dirasakan oleh manusia, antara lain;
1.
Peningkatan Permukaan Air Laut
karena naiknya suhu bumi
bisa mencairkan es di daerah kutub. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on
Climate Change), dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan air laut
setinggi 10-25 cm. Sementara menurut laporan Greenpeace, diperkirakan pada
tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 19-95 cm.
Peningkatan air laut setinggi 1 meter akan mengakibatkan hilangnya pulau atau
daratan di dunia;
§ Hilangnya daratan Mesir 1%,
Belanda 6%, Bangladesh 17,5% dan 80% di kepulauan Marshall
§ Tenggelamnya pulau-pulau
di, Fiji, Samoa, Vanutu, Jepang, Filipina, serta Indonesia. Hal ini berarti
puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang
lebih tinggi.
Naiknya permukaan air laut akan
mengakibatkan kurangnya daya tahan pesisir pantai sehingga rentan tehadap
erosi. Hal ini juga mengakibatkan rusaknya berbagai infrastruktur dan pemukiman
di tepi pantai. Fenomena ini bisa menimbulkan pengungsian.
Perubahan iklim juga
mengakibatkan terjadinya pergeseran musim karena terjadi perubahan tekanan dan
suhu udara. Implikasinya musim kemarau akan berlangsung lama sehingga dan
menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Negara-negara yang diperkirakan
akan mengalami kekeringan adalah Afrika, Eropa, Amerika Utara dan Australia.
Sementara di sisi lain, musim hujan akan berlangsung dalam waktu yang singkat
dengan intensitas curah hujan lebih tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir
dan tanah longsor.
2. Terjadinya
Bencana Krisis Kemanusiaan
Karena kurangnya persediaan
bahan pangan akibat tingginya potensi gagal panen yang disebabkan perubahan
suhu yang tidak menentu, sehingga menurunkan produktivitas pertanian.
Produktivitas pertanian di daerah tropis akan menurun jika suhu rata-rata
global meningkat 1-2 derajat Celsius. Di sisi lain, mencairnya es di kutub akan
menimbulkan pemuaian massa air laut dan kenaikan air laut, sehingga hal ini
akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang. Adapun dampak akumulatif dari
keadaan ini adalah meluasnya bencana kelaparan dan meluasnya gizi buruk.
3.
Krisis Air Bersih
Krisis air ini disebabkan
oleh masa kekeringan sejak musim kemarau berkepanjangan. Kondisi tersebut,
disebabkan pergantian musim yang tidak stabil, sehingga daerah yang jarang air
terancam mengalami krisis air. Sumber kebutuhan air tawar sepertiga penduduk
dunia kering pada tahun 2100. Dan pada pertengahan abad ini, daerah subtropis
dan tropis yang kering akan mengalami kekurangan air sebanyak 10-30 persen
sehingga terancam bencana kekeringan.
4.
Meluasnya Berbagai Penyakit yang Mengancam Spesies
Manusia
Hal ini disebabkan oleh
naiknya suhu udara yang menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek.
Dampaknya, penyakit yg ditularkan nyamuk akan berkembang biak dengan lebih
cepat. Penyebaran penyakit ini khususnya di daerah Tropis, seperti demam
berdarah, diare, malaria dan leptospirosis karena bertambahnya populasi
serangga (nyamuk) sebagai vektor penyakit. Gelombang panas yang melanda Eropa
tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat)
yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat
alergi rumput kering).
5. Hilangnya
Berbagai Jenis Keaneragaman Hayati.
Perubahan suhu bumi yang
tidak menentu mengakibatkan hilangnya spesies flora dan fauna karena tidak
dapat beradaptasi, dan sekitar 20-30 persen spesies tanaman dan hewan akan
punah bila suhu rata-rata global naik 1,5-2,5 derajat Celsius. Selain itu,
naiknya suhu air akan meningkatkan keasaman laut. Bertambahnya Karbon dioksida
di atmosfer diperkirakan membawa dampak negatif pada organisme laut seperti
terumbu karang (cloral bleaching) dan punahnya spesies lain yang bergantung
pada organisme tersebut. Sehingga diperkirakan sekitar 80% spesies tanaman dan
binatang akan punah dalam satu abad mendatang Peningkatan suhu pada kemarau
mengakibatkan mudah terbakarnya ranting atau daun akibat gesekan sehingga
meningkatkan peluang kebakaran hutan.
6. Kerugian
Materi dan Non-Materi.
Pemanasan global yang
menimbulkan bencana akibat topan, banjir dan badai, kira-kira 150.000 jiwa
tewas setiap tahunnya. Tahun 2003, gelombang udara panas di Eropa menelan
25.482 jiwa dalam 20 tahun mendatang (sumber data WHO, UNEP, dan World
Meteorology Council). Selain itu, di tahun 2080 diperkirakan akan ada jutaan
orang terkena banjir setiap tahun akibat naiknya permukaan air laut. Risiko
terbesar terjadi di dataran rendah padat penduduk, khususnya delta-delta Asia
dan Afrika serta pulau-pulau kecil. Sedangkan perkiraan kerugian materi dari
perubahan iklim mencapi USD 11 Miliyar atau sekitar 110 triliyun pertahunnya.
7. Mencairnya
es di Kutub.
Perubahan
iklim yang disebabkan naiknya suhu permukaan bumi dapat menyebabkan mencairnya
es dan gletser di seluruh dunia, terutama di kutub Utara dan di kutub Selatan.
Sejak tahun 1960an, es di kutub dunia telah berkurang 10%, sementara ketebalan
es di kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Prench, 2001).
Data lain menyebutkan hilangnya 10-20% gletser di pegunungan Alpen juga
menandai akibat pemanasan global ini. Dampak dari mencairnya kutub Utara dan kutub
Selatan akan mengakibatkan pemuaian massa air laut dan kenaikan air laut.
C.
Upaya
Pencegahan Peningkatan Perubahan Iklim
Mengingat begitu seriusnya dampak pemanasan global dan
perubahan iklim kiranya sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pencegahan
terutama dimulai dari hal-hal kecil yang dapat kita lakukan pada skala rumah
tangga seperti berikut ini :
1.
Hemat
penggunaan listrik
a.
Gunakan
lampu hemat energi
b.
Pilih
alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumah tangga, misalnya
Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari;
c.
Gunakan
mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya
dikumpulkan dahulu hingga sesuai dg kapasitas mesin cuci kita;
d.
Matikan
alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan;
e.
Upayakan
rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada penggunaan Air
Condition (AC);
f.
Upayakan
rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada siang hari tidak
perlu menggunakan lampu.
2.
Hemat
penggunaan kertas dan tinta
a.
Untuk
keperluan menulis konsep/corat-coret sebaiknya menggunakan kertas bekas,
misalnya bekas print yang baliknya masih kosong;
b.
Batasi
penggunaan produk disposable/sekali pakai misalnya: tissue, diaper/pamper, dsb;
c.
Kertas-kertas
bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
3.
Hemat
penggunaan air
a.
Bila
menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda bercukur,
menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat sampai dengan
lebih dari 6000 L air perminggu;
b.
Kumpulkan
air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar menyiram tanaman,
merendam lap-lap kotor dll.;
c.
Lakukan cuci
mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan kran air;
d.
Periksa
secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda dapat
menghemat hingga 9500 Liter air perbulan.
4.
Hemat
penggunaan bahan bakar
a.
Lakukan
perawatan yang baik pada mesin kendaraan anda;
b.
Periksa
tekanan ban kendaraan anda, tekanan ban yang akurat dapat menghemat BBM;
c.
Hindari
penggunaan kendaraan yang sistem pembakaran pada mesinnya sudah tidak efisien;
d.
Gunakan
kendaraan sesuai kebutuhan, misalnya jika hanya bepergian sendiri lebih baik
gunakan sepeda motor daripada mobil;
5.
Pengelolaan
sampah/limbah yang baik
a.
Pisahkan
sampah organik dan non organik, sampah organik misalnya : kulit buah, sisa
sayur, sisa pangkasan tanaman, daun-daun kering dsb. Dapat dibuat kompos;
b.
Hindari
membakar sampah.
c.
Bila
berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri, sehingga menghindari penggunaan tas
plastik.
Demam Berdarah Dengue
A.
Pengertian
Demam Berdarah Dengue
Menurut
Departemen Kesehatan RI (2004), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan nyamuk
aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2─7 hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda
pendarahan dikulit berupa bintik pendarahan (petichiae), dan lebam atau
ruam. Kadang-kadang disertai mimisan, berak darah, muntah darah dan kesadran
menurun atau shock.
Demam
berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorrhagic fever (DHF) bukan penyakit baru di Indonesia.wabah DBD bukan
dimulai di Indonesia, melainkan di Yunani, Amerika Serikat, Australia dan
Jepang, yang terjadi pada sekitar 1920.
B.
Penyebab
Demam Demam Berdarah Dengue
Virus
dengue merupakan penyebab penyakit
DBD yang memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia. Nyamuknya
sendiri harus nyamuk belang-belang hitam putih Aedes, dan bukan oleh jenis nyamuk lainnya. Kita mengenal jenis
nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang gemar
hidup didalam rumah, dan ada juga nyamuk Aedes
albopictus, nyamuk belang hitam putih juga yang lebih menyukai tinggal
dikebun sekitar rumah. Dua-duanya bisa menjadi pembawa virus dengue
atau disebut vector. Untuk Indonesia,
Aedes aegypti lebih sering sebagai
pembawa virus dengue dibanding Aedes
albopictus.
Berbeda
dengan nyamuk Aedes albopictus yang
hidup dikebun, nyamuk Aedes aegypti
lebih menyukai tinggal diruangan rumah yang sejuk, lembab dan gelap. Hinggapnya
bukan di dinding, melainkan barang-barang yang bergelantungan dikamar.
Nyamuk
demam berdarah bukan tergolong rakus, ia hanya menggigit pada jam-jam tertentu
saja, itu pun hanya nyamuk betina yang menggigit. Darah manusia dibutuhkan
untuk bertelur, jam praktik nyamuk Aedes
yakni pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pada pukul 15.00 – 17.00
diluar jam praktiknya nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk
bertelur.
C.
Gejala
Penyakit Demam Berdarah Dengue
1. Demam
mendadak 2 - 7 hari dengan suhu 38 - 40 derajat Celsius
2. Sakit
Kepala
3. Nyeri
di belakang mata
4. Rasa
nyeri pada otot tubuh
5. Tulang
terasa nyeri
6. Bercak
merah dikulit (ruam)
7. Sel
darah putih (Leukosit) menurun/ rendah
8. Munculnya
tanda pendarahan
D.
Proses
Masuknya Virus di Dalam Tubuh
Dengan
masuknya virus dengue, didalam tubuh berangsung
reaksi hebat. Reaksi itu sedemikian rupa, sehingga pipa pembuluh darah dibagian
tubuh mana saja mengalami kebocoran. Plasma darah merembes keluar dari pipa
pembuluhnya, baik pipa yang berukuran besar maupun yang kecil.
Selain
kerusakan pipa pembuluh darah, sebagai akibat reaksi dalam darah yang timbul
oleh masuknya virus, sumsum tulang juga
ikut rusak, padahal sumsum tulang merupakan pabrik pembuat segala jenis sel
darah, maka produksi sel-sel darah ditekan, produksi sel darah menurun, termasuk
sel darah merah, sel darah putih, dan
sel pembeku darah trombosit.
Bukan
hanya itu, reaksi di dalam tubuh akibat masuknya virus dengue selain sel
trombositnya berkurang, juga menurunkan zat pembeku darah. Padahal dibutuhkan thrombocyt lebih banyak untuk menambal
diding pipa pembuluh darah yang sudah
bocor dimana-mana.
Semakin
banyak pipa pembuluh darah yang bocor di dalam tubuh, semakin menyusut
persediaan thrombocyt di dalam tubuh.
Sedang produksinya sendiri sudah menurun. Itu sebabnya mengapa pada kasus DBD
selain trombosit, Hb (hemoglobin),
dan leucocyt (sel darah putih)
cenderung terus menurun, sedang Hct (hematrokrit)
meningkat.
Nilai
Hct yang meninggi menunjukkan tingkat
pengentalan darah yang sudah terjadi akibat merembesnya plasma darah keluar
dari pembuluhnya (hemokonsentrasi).
Semakin banyak plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh darah, semakin
meningkat nilai Hct.
Untuk
memonitor perjalanan penyakit, pemeriksaan darah tersebut sangat penting. Thrombocyt dan leucocyt yang terus menurun, dan Hct yang terus meningkat, merupakan
tanda bahwa penyakit DBD-nya semakin memburuk.
DBD
terjadi jika serangan virus dengue
untuk yang kedua kalinya. Infeksi pertama kali hanya menimbulkan penyakit
“demam 5 hari” saja. Dengan atau tanpa obat, penyakit ini akan sembuh sendiri
dan berlalu begitu saja. Dalam tubuh yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sudah terbentuk zat antibody
terhadap virus dengue. Tubuh sudah
lebih sensitive terhadap infeksi virus setelah memasuki tubuh untuk yang kedua
kalinya. Pada saat itulah terjadi reaksi tubuh yag lebih dahsyat atau hypersensitivity. Reaksi tubuh yang
hebat ini menimbulkan gejala dan tanda DBD.
Perjalanan
penyakit DBD sering sukar diramalkan, karena sebagian penderita dengan renjatan
yang berat dapat disembuhkan walaupun hanya dengan pengobatan yang sederhana.
Selain itu hal ini juga terjadi karena pengawasan yang minim, sehingga tahap
awal penularan epidemi biasanya tidak terdeteksi, dengan kasus yang banyak
tidak dilaporkan sampai epidemi ini diakui sebagai demam berdarah, yang
biasanya terjadi dekat dengan transmisi puncak, kemudian menjadi terlalu banyak
dilaporkan. Keadaan darurat pengendalian nyamuk biasanya dimulai pada waktu
tersebut, tetapi upaya ini biasanya salah arah, terlalu sedikit dan terlalu
terlambat untuk memiliki berbagai pengaruh pada epidemi (Gubler, 2002).
E.
Riwayat
Alamiah Penyakit DBD
1.
Tahap
Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat
2.
Tahap
Patogenesis
a. Tahap
Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari ke1-4
b. Tahap
Penyakit Dini
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2
atau lebih gejala diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri
persendian. Di mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata
menunjukkan peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 0C
– 41 0C, dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun.
c. Tahap
Penyakit Lanjut
Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi
perdarahan dan leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
3.
Tahap
Pasca Pathogenesis
Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan
sembuh bagi yang mendapatkan penanganan yang tepat
F.
Pencegahan
Penyakit DBD
1. Primary Prevention
Melakukan
kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat yang
cukup ( meningkatkan daya tahan tubuh). Fogging atau pengasapan hanya akan
mematikan nyamuk dewasa, dan tidak membunuh jentik nyamuk, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air, selain itu dilakukan pula perbaikan
kondisi lingkungan seperti membersihkan halaman rumah setiap hari.
2. Secondary Prevention
Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) pada hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD
adalah :
a. Mengatasi
perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan
mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam
24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu).
b. Penambahan
cairan tubuh melalu infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
c. Transfusi
platelet (trombosit) dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
d. Selanjutnya
adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan demam
Garamelektrolit (oralit) jika disertai diare
Ekstrak Daun Jambu Biji bisa mengatasi DBD
3. Tertary
Prevention
Merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit DBD dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit tersebut dengan meakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tersebut dapat
berupa rehabilitasi mental, yaitu agar bekas
penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara
memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula
kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
Rehabilitasi
sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan atau
jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
G.
Peran
Ahli Kesehatan Masyarakat
Berikut
peran yang dapat dilakukan oleh ahli kesehatan masyarakat terhadap masalah
demam berdarah dengue :
1.
Memberikan Pendidikan dan Penyuluhan
Tentang Kesehatan Pada Masyarakat
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
dan meningkatkan pengetahuan masyrakat tentang kesehatan. Selain itu juga
dilakukan untuk membina peran serta masyarakat melalui berbagai jalur
komunikasi dan informasi kepada masyarakat, seperti melalui televisi, radio dan
media massa lainnya, kerja bakti dan lomba-lomba yang berkaitan dengan
kesehatan di kelurahan atau desa, sekolah atau tempat-tempat umum lainnya.
2.
Memberdayakan Kearifan Lokal Yang Ada
Misalnya kearifan lokal masyarakat
di pedesaan yaitu gotong royong. Hal ini jika dilakukan secara rutin tiap
minggunya dalam bentuk bersama-sama membersihkan lingkungan sekitar akan sangat
berguna untuk meningkatkan status kesehatan.
3.
Melakukan Program Abatisasi
Program ini secara massal memberikan
bubuk abate secara cuma-cuma kepada seluruh rumah, terutama di wilayah yang
endemis DBD semasa musim penghujan. Tujuannya agar kalau sampai menetas, jentik
nyamuknya mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang akan
menambah besar populasinya (Nadesul, 2007). Abitasasi selektif atau larvasidasi
selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida ke dalam
penampungan air yang positif terdapat jentik aedes (Widoyono, 2008).
4.
Penggerakan PSN
Kegiatan PSN dengan menguras dan
menyikat TPA seperti bak mandi atau WC, drum seminggu sekali, menutup
rapat-rapat TPA seperti gentong air atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan
barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas
bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk melakukan PSN
DBD. Masyarakat diharapkan rutin melakukan kegiatan tersebut dan pihak
pemerintah melakukan pemeriksaan jentik berkala, sehingga pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik.
5.
Melakukan Upaya Pencegahan Gigitan
Nyamuk
Pencegahan gigitan nyamuk dapat
dilakukan dengan pemakaian kawat kasa, menggunakan kelambu, menggunakan obat
nyamuk (bakar, oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur
siang, dan menggantung baju. Pemakaian kasa pada ventilasi yang dilakukan
merupakan pencegahan secara fisik terhadap nyamuk yang bertujuan agar nyamuk
tidak sampai masuk rumah ataupun kamar tidur.
Langganan:
Postingan (Atom)