Sabtu, 25 Mei 2013

Perubahan Iklim



A.       Pengertian Perubahan Iklim
Global Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Sedangkan menurut Paulus Winarso (2007) iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dan sebagainya).
Menurut Hidayati (2007) studi tentang iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan bumi. Keduanya saling mempengaruhi, aktivitas atmosfer dikendalikan oleh fisiografi bumi, dan fluktuasi iklim berpengaruh terhadap aktivitas di muka bumi. Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal.
Menurut Kolaborasi Bali Climate Change (2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Sedangkan menurut Agus Winarso (2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya) secara global terhadap normalnya. Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam tekanan udara, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan.
A.      Penyebab Perubahan Iklim
Penyebab perubahan iklim global seharusnya dibiarkan terjadi secara alami. Namun, campur tangan manusia terhadap alam semesta telah mempercepat perubahan tersebut secara signifikan. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah wadah diskusi Internasional yang khusus menyoroti tentang perubahan iklim dunia, pada 2007 lalu telah menyatakan secara eksplisit apa yang terjadi muka bumi ini. Di antaranya isu pemanasan global yang telah dan sedang terjadi saat ini, temperatur bumi yang makin meningkat sebagai dampak dari tangan-tangan manusia.
Perubahan iklim menunjuk pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Emisi GRK (Gas Rumah Kaca)  adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area dan dalam jangka waktu tertentu. GRK sangat berguna bagi bumi untuk menjaga permukaan bumi agar tetap hangat. Namun, akibat GRK yang berlebihan terjadilah penumpukkan GRK,   Emisi GRK yang disebabkan oleh kegiatan manusia telah mengakibatkan adanya penebalan selubung tersebut, sehingga banyak panas yang terperangkap dan memicu timbulnya pemanasan global. Apa saja kegiatan manuasia yang dapat memicu meningkatnya emisi GRK ? Ada dua jenis kegiatan manusia yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan emisi GRK yaitu industri dan pertanian.
1.       Industri
Pembakaran bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energi telah meningkatkan gas-gas rumah kaca. Pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar minyak bumi dan batu bara, serta mesin-mesin kendaraan bermotor banyak melepaskan sejumlah gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen oksida (NOx) ke atmosfer. Penggunaan Klorofluorokarbon/KFK (Chlorofluorocarbon (CFC) pada penyejuk udara (air conditioner) dan lemari es (refrigerator) menjadikan gas CFC ikut dilepaskan ke atmosfer. Gas CFC juga dilepaskan ke udara pada saat lemari es dan air conditioner rusak dan ditumpuk sebagai sampah. Lebih jauh, pemanasan global ini mengakibatkan penipisan lapisan ozon.
2.       Pertanian
Pertanian berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam dan penggembalaan. Kegiatan penanaman di sawah dan penggembalaan ternak menghasilkan gas metana (CH4) yang dilepaskan ke atmosfer. Nitrogen oksida (NOx) dilepaskan ke atmosfer ketika pupuk yang mengandung nitrogen digunakan dalam pertanian. Karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik seperti kayu dan kotoran hewan juga dilepaskan ke atmosfer. Penggundulan hutan secara ekstensif untuk pembukaan lahan pertanian turut mengurangi kemampuan tanah dalam mengubah karbon dioksida di atmosfer. Kegiatan pertanian telah mengubah komposisi gas-gas dan rumah kaca dan menambah panas atmosfer.
B.      Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara 50-100 tahun. Meskipun perlahan, dampaknya sebagaian besar permukaan bumi menjadi panas. Berikut merupakan data-data dari IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) yang menggambarkan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini;
a.        Telah terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,76 derajat Celcius antara periode 1850 – 2005.
b.       11 dari 12 tahun terakhir (1995-2006) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu terpanas sejak dilakukan pengukuran suhu pertama kali pada tahun 1850.
c.        Telah terjadi kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar 1,8 mm per tahun antara periode 1961 – 2003.
d.       Telah terjadi kekeringan yang lebih intensif pada wilayah yang lebih luas sejak tahun 1970an, terutama di daerah tropis dan sub-tropis.
Terkait dengan data tersebut, maka perubahan iklim akan mengakibatkan dampak yang sangat dirasakan oleh manusia, antara lain;
1.       Peningkatan Permukaan Air Laut
karena naiknya suhu bumi bisa mencairkan es di daerah kutub. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara menurut laporan Greenpeace, diperkirakan pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 19-95 cm. Peningkatan air laut setinggi 1 meter akan mengakibatkan hilangnya pulau atau daratan di dunia;
§  Hilangnya daratan Mesir 1%, Belanda 6%, Bangladesh 17,5% dan 80% di kepulauan Marshall
§  Tenggelamnya pulau-pulau di, Fiji, Samoa, Vanutu, Jepang, Filipina, serta Indonesia. Hal ini berarti puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.
Naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan kurangnya daya tahan pesisir pantai sehingga rentan tehadap erosi. Hal ini juga mengakibatkan rusaknya berbagai infrastruktur dan pemukiman di tepi pantai. Fenomena ini bisa menimbulkan pengungsian.
Perubahan iklim juga mengakibatkan terjadinya pergeseran musim karena terjadi perubahan tekanan dan suhu udara. Implikasinya musim kemarau akan berlangsung lama sehingga dan menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Negara-negara yang diperkirakan akan mengalami kekeringan adalah Afrika, Eropa, Amerika Utara dan Australia. Sementara di sisi lain, musim hujan akan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan intensitas curah hujan lebih tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.
2.       Terjadinya Bencana Krisis Kemanusiaan
Karena kurangnya persediaan bahan pangan akibat tingginya potensi gagal panen yang disebabkan perubahan suhu yang tidak menentu, sehingga menurunkan produktivitas pertanian. Produktivitas pertanian di daerah tropis akan menurun jika suhu rata-rata global meningkat 1-2 derajat Celsius. Di sisi lain, mencairnya es di kutub akan menimbulkan pemuaian massa air laut dan kenaikan air laut, sehingga hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang. Adapun dampak akumulatif dari keadaan ini adalah meluasnya bencana kelaparan dan meluasnya gizi buruk.
3.       Krisis Air Bersih
Krisis air ini disebabkan oleh masa kekeringan sejak musim kemarau berkepanjangan. Kondisi tersebut, disebabkan pergantian musim yang tidak stabil, sehingga daerah yang jarang air terancam mengalami krisis air. Sumber kebutuhan air tawar sepertiga penduduk dunia kering pada tahun 2100. Dan pada pertengahan abad ini, daerah subtropis dan tropis yang kering akan mengalami kekurangan air sebanyak 10-30 persen sehingga terancam bencana kekeringan.
4.       Meluasnya Berbagai Penyakit yang Mengancam Spesies Manusia
Hal ini disebabkan oleh naiknya suhu udara yang menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek. Dampaknya, penyakit yg ditularkan nyamuk akan berkembang biak dengan lebih cepat. Penyebaran penyakit ini khususnya di daerah Tropis, seperti demam berdarah, diare, malaria dan leptospirosis karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk) sebagai vektor penyakit. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka "heat stroke" (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan "hay fever" (demam akibat alergi rumput kering).
5.       Hilangnya Berbagai Jenis Keaneragaman Hayati.
Perubahan suhu bumi yang tidak menentu mengakibatkan hilangnya spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi, dan sekitar 20-30 persen spesies tanaman dan hewan akan punah bila suhu rata-rata global naik 1,5-2,5 derajat Celsius. Selain itu, naiknya suhu air akan meningkatkan keasaman laut. Bertambahnya Karbon dioksida di atmosfer diperkirakan membawa dampak negatif pada organisme laut seperti terumbu karang (cloral bleaching) dan punahnya spesies lain yang bergantung pada organisme tersebut. Sehingga diperkirakan sekitar 80% spesies tanaman dan binatang akan punah dalam satu abad mendatang Peningkatan suhu pada kemarau mengakibatkan mudah terbakarnya ranting atau daun akibat gesekan sehingga meningkatkan peluang kebakaran hutan.
6.       Kerugian Materi dan Non-Materi.
Pemanasan global yang menimbulkan bencana akibat topan, banjir dan badai, kira-kira 150.000 jiwa tewas setiap tahunnya. Tahun 2003, gelombang udara panas di Eropa menelan 25.482 jiwa dalam 20 tahun mendatang (sumber data WHO, UNEP, dan World Meteorology Council). Selain itu, di tahun 2080 diperkirakan akan ada jutaan orang terkena banjir setiap tahun akibat naiknya permukaan air laut. Risiko terbesar terjadi di dataran rendah padat penduduk, khususnya delta-delta Asia dan Afrika serta pulau-pulau kecil. Sedangkan perkiraan kerugian materi dari perubahan iklim mencapi USD 11 Miliyar atau sekitar 110 triliyun pertahunnya.
7.       Mencairnya es di Kutub.
Perubahan iklim yang disebabkan naiknya suhu permukaan bumi dapat menyebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di kutub Utara dan di kutub Selatan. Sejak tahun 1960an, es di kutub dunia telah berkurang 10%, sementara ketebalan es di kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Prench, 2001). Data lain menyebutkan hilangnya 10-20% gletser di pegunungan Alpen juga menandai akibat pemanasan global ini. Dampak dari mencairnya kutub Utara dan kutub Selatan akan mengakibatkan pemuaian massa air laut dan kenaikan air laut.
C.       Upaya Pencegahan Peningkatan Perubahan Iklim
Mengingat begitu seriusnya dampak pemanasan global dan perubahan iklim kiranya sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama dimulai dari hal-hal kecil yang dapat kita lakukan pada skala rumah tangga seperti berikut ini :
1.       Hemat penggunaan listrik
a.        Gunakan lampu hemat energi
b.       Pilih alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumah tangga, misalnya Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari;
c.        Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya dikumpulkan dahulu hingga sesuai dg kapasitas mesin cuci kita;
d.       Matikan alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan;
e.        Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada penggunaan Air Condition (AC);
f.         Upayakan rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu.
2.       Hemat penggunaan kertas dan tinta
a.          Untuk keperluan menulis konsep/corat-coret sebaiknya menggunakan kertas bekas, misalnya bekas print yang baliknya masih kosong;
b.          Batasi penggunaan produk disposable/sekali pakai misalnya: tissue, diaper/pamper, dsb;
c.          Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
3.       Hemat penggunaan air
a.          Bila menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda bercukur, menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat sampai dengan lebih dari 6000 L air perminggu;
b.          Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar menyiram tanaman, merendam lap-lap kotor dll.;
c.          Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan kran air;
d.          Periksa secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda dapat menghemat hingga 9500 Liter air perbulan.
4.       Hemat penggunaan bahan bakar
a.        Lakukan perawatan yang baik pada mesin kendaraan anda;
b.       Periksa tekanan ban kendaraan anda, tekanan ban yang akurat dapat menghemat BBM;
c.        Hindari penggunaan kendaraan yang sistem pembakaran pada mesinnya sudah tidak efisien;
d.       Gunakan kendaraan sesuai kebutuhan, misalnya jika hanya bepergian sendiri lebih baik gunakan sepeda motor daripada mobil;
5.       Pengelolaan sampah/limbah yang baik
a.        Pisahkan sampah organik dan non organik, sampah organik misalnya : kulit buah, sisa sayur, sisa pangkasan tanaman, daun-daun kering dsb. Dapat dibuat kompos;
b.       Hindari membakar sampah.
c.        Bila berbelanja bawalah tas belanjaan sendiri, sehingga menghindari penggunaan tas plastik.

Demam Berdarah Dengue



A.    Pengertian Demam Berdarah Dengue
Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan nyamuk aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2─7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik pendarahan (petichiae), dan lebam atau ruam. Kadang-kadang disertai mimisan, berak darah, muntah darah dan kesadran menurun atau shock.
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) bukan penyakit baru di Indonesia.wabah DBD bukan dimulai di Indonesia, melainkan di Yunani, Amerika Serikat, Australia dan Jepang, yang terjadi pada sekitar 1920.

B.    Penyebab Demam Demam Berdarah Dengue
Virus dengue merupakan penyebab penyakit DBD yang memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia. Nyamuknya sendiri harus nyamuk belang-belang hitam putih Aedes, dan bukan oleh jenis nyamuk lainnya. Kita mengenal jenis nyamuk Aedes aegypti, nyamuk yang gemar hidup didalam rumah, dan ada juga nyamuk Aedes albopictus, nyamuk belang hitam putih juga yang lebih menyukai tinggal dikebun sekitar rumah. Dua-duanya bisa menjadi pembawa virus  dengue atau disebut vector. Untuk Indonesia, Aedes aegypti lebih sering sebagai pembawa virus dengue dibanding Aedes albopictus.
Berbeda dengan nyamuk Aedes albopictus yang hidup dikebun, nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tinggal diruangan rumah yang sejuk, lembab dan gelap. Hinggapnya bukan di dinding, melainkan barang-barang yang bergelantungan dikamar.
Nyamuk demam berdarah bukan tergolong rakus, ia hanya menggigit pada jam-jam tertentu saja, itu pun hanya nyamuk betina yang menggigit. Darah manusia dibutuhkan untuk bertelur, jam praktik nyamuk Aedes yakni pada pagi hari pukul 06.00 - 09.00 dan sore hari pada pukul 15.00 – 17.00 diluar jam praktiknya nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur.

C.    Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
1.     Demam mendadak 2 - 7 hari dengan suhu 38 - 40 derajat Celsius
2.     Sakit Kepala
3.     Nyeri di belakang mata
4.     Rasa nyeri pada otot tubuh
5.     Tulang terasa nyeri
6.     Bercak merah dikulit (ruam)
7.     Sel darah putih (Leukosit) menurun/ rendah
8.     Munculnya tanda pendarahan

D.    Proses Masuknya Virus di Dalam Tubuh
Dengan masuknya virus dengue, didalam tubuh berangsung reaksi hebat. Reaksi itu sedemikian rupa, sehingga pipa pembuluh darah dibagian tubuh mana saja mengalami kebocoran. Plasma darah merembes keluar dari pipa pembuluhnya, baik pipa yang berukuran besar maupun yang kecil.
Selain kerusakan pipa pembuluh darah, sebagai akibat reaksi dalam darah yang timbul oleh  masuknya virus, sumsum tulang juga ikut rusak, padahal sumsum tulang merupakan pabrik pembuat segala jenis sel darah, maka produksi sel-sel darah ditekan, produksi sel darah menurun, termasuk sel darah merah, sel darah  putih, dan sel pembeku darah trombosit.
Bukan hanya itu, reaksi di dalam tubuh akibat masuknya virus dengue selain sel trombositnya berkurang, juga menurunkan zat pembeku darah. Padahal dibutuhkan thrombocyt lebih banyak untuk menambal diding pipa pembuluh darah  yang sudah bocor dimana-mana.
Semakin banyak pipa pembuluh darah yang bocor di dalam tubuh, semakin menyusut persediaan thrombocyt di dalam tubuh. Sedang produksinya sendiri sudah menurun. Itu sebabnya mengapa pada kasus DBD selain trombosit, Hb (hemoglobin), dan leucocyt (sel darah putih) cenderung terus menurun, sedang Hct (hematrokrit) meningkat.
Nilai Hct yang meninggi menunjukkan tingkat pengentalan darah yang sudah terjadi akibat merembesnya plasma darah keluar dari pembuluhnya (hemokonsentrasi). Semakin banyak plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh darah, semakin meningkat nilai Hct.
Untuk memonitor perjalanan penyakit, pemeriksaan darah tersebut sangat penting. Thrombocyt dan leucocyt yang terus menurun, dan Hct yang terus meningkat, merupakan tanda bahwa penyakit DBD-nya semakin memburuk.
DBD terjadi jika serangan virus dengue untuk yang kedua kalinya. Infeksi pertama kali hanya menimbulkan penyakit “demam 5 hari” saja. Dengan atau tanpa obat, penyakit ini akan sembuh sendiri dan berlalu begitu saja. Dalam tubuh yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sudah terbentuk zat antibody terhadap virus dengue. Tubuh sudah lebih sensitive terhadap infeksi virus setelah memasuki tubuh untuk yang kedua kalinya. Pada saat itulah terjadi reaksi tubuh yag lebih dahsyat atau hypersensitivity. Reaksi tubuh yang hebat ini menimbulkan gejala dan tanda DBD.
Perjalanan penyakit DBD sering sukar diramalkan, karena sebagian penderita dengan renjatan yang berat dapat disembuhkan walaupun hanya dengan pengobatan yang sederhana. Selain itu hal ini juga terjadi karena pengawasan yang minim, sehingga tahap awal penularan epidemi biasanya tidak terdeteksi, dengan kasus yang banyak tidak dilaporkan sampai epidemi ini diakui sebagai demam berdarah, yang biasanya terjadi dekat dengan transmisi puncak, kemudian menjadi terlalu banyak dilaporkan. Keadaan darurat pengendalian nyamuk biasanya dimulai pada waktu tersebut, tetapi upaya ini biasanya salah arah, terlalu sedikit dan terlalu terlambat untuk memiliki berbagai pengaruh pada epidemi (Gubler, 2002).

E.    Riwayat Alamiah Penyakit DBD
1.     Tahap Pre-Patogenesis
Host terpapar virus dengue tetapi kondisi host masih normal atau sehat
2.     Tahap Patogenesis
a.     Tahap Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari  ke1-4
b.     Tahap Penyakit Dini
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian. Di mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata menunjukkan peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 0C – 41 0C, dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun.
c.     Tahap Penyakit Lanjut
Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
3.     Tahap Pasca Pathogenesis
Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan sembuh bagi yang mendapatkan penanganan yang tepat

F.    Pencegahan Penyakit DBD
1.     Primary  Prevention
Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup ( meningkatkan daya tahan tubuh). Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, dan tidak membunuh jentik nyamuk, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air, selain itu dilakukan pula perbaikan kondisi lingkungan seperti membersihkan halaman rumah setiap hari.
2.     Secondary  Prevention
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) pada hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal. Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah :
a.     Mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh  dan  gula, sirup atau susu).
b.     Penambahan cairan tubuh melalu infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.
c.     Transfusi platelet (trombosit) dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
d.     Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
Paracetamol membantu menurunkan  demam
Garamelektrolit (oralit) jika disertai diare
Ekstrak Daun Jambu Biji bisa mengatasi DBD
3.     Tertary Prevention
Merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit DBD dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit tersebut dengan meakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tersebut dapat berupa rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
Rehabilitasi sosial vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.

G.   Peran Ahli Kesehatan Masyarakat
Berikut peran yang dapat dilakukan oleh ahli kesehatan masyarakat terhadap masalah demam berdarah dengue :
1.     Memberikan Pendidikan dan Penyuluhan Tentang Kesehatan Pada Masyarakat
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan masyrakat tentang kesehatan. Selain itu juga dilakukan untuk membina peran serta masyarakat melalui berbagai jalur komunikasi dan informasi kepada masyarakat, seperti melalui televisi, radio dan media massa lainnya, kerja bakti dan lomba-lomba yang berkaitan dengan kesehatan di kelurahan atau desa, sekolah atau tempat-tempat umum lainnya.
2.     Memberdayakan Kearifan Lokal Yang Ada
Misalnya kearifan lokal masyarakat di pedesaan yaitu gotong royong. Hal ini jika dilakukan secara rutin tiap minggunya dalam bentuk bersama-sama membersihkan lingkungan sekitar akan sangat berguna untuk meningkatkan status kesehatan.
3.     Melakukan Program Abatisasi
Program ini secara massal memberikan bubuk abate secara cuma-cuma kepada seluruh rumah, terutama di wilayah yang endemis DBD semasa musim penghujan. Tujuannya agar kalau sampai menetas, jentik nyamuknya mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang akan menambah besar populasinya (Nadesul, 2007). Abitasasi selektif atau larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik aedes (Widoyono, 2008).
4.     Penggerakan PSN
Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak mandi atau WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapat TPA seperti gentong air atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk melakukan PSN DBD. Masyarakat diharapkan rutin melakukan kegiatan tersebut dan pihak pemerintah melakukan pemeriksaan jentik berkala, sehingga pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik.
5.     Melakukan Upaya Pencegahan Gigitan Nyamuk
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan pemakaian kawat kasa, menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk (bakar, oles), dan tidak melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang, dan menggantung baju. Pemakaian kasa pada ventilasi yang dilakukan merupakan pencegahan secara fisik terhadap nyamuk yang bertujuan agar nyamuk tidak sampai masuk rumah ataupun kamar tidur.