Kemacetan,
Transportasi Masal Dan Kesehatan Masyarakat
Hujan deras
menyebabkan volume mobil di jalan bertambah, mereka yang terbiasa memakai motor
ketika terang memilih mengeluarkan mobilnya untuk melindungi diri dari air,
ditambah struktur jalan yang sempit dan beberapa bagiannya yang rusak sudah
cukup membuat jalan-jalan di kota Denpasar yang sudah sering terserang
kemacetan menjadi macet total. Dari sudut pandang keekonomian, mungkin banyak
yang menyadari betapa kerugian yang ditimbulkan; mulai dari waktu yang
terbuang, bahan bakar yang tidak efisien, nilai penyusutan kendaraan, dan
berbagai nilai keekonomian lainnya. Yang kemudian agak jarang dibicarakan atau
jarang dijadikan alasan untuk mengatasi segera masalah kemacetan ini adalah
hubungannya dengan kesehatan masyarakat. Berbagai isu terkait kemacetan
termasuk di Denpasar lebih banyak berputar pada kerugian ekonomi dan kenyamanan
berkendara jarang menyinggung kesehatan.
Kemacetan sungguh
berhubungan erat dengan derajat kesehatan masyarakat, seperti yang kita ketahui
derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh salah satunya angka kematian dan
juga kesakitan, nah indikator inilah yang berhubungan erat dengan kemacetan.
Tak pelak lagi kemacetan berhubungan erat dengan meningkatnya tingkat stress pengguna
jalan, siapapun dia secara pribadi pasti pernah merasakan emosi yang meningkat
jika terjebak kemacetan apalagi jika mengejar waktu, disinilah sumber masalah
tersebut. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan stress menimbulkan ketidakseimbangan
hormonal yang berujung pada banyak gangguan metabolisme tubuh dan bahkan
masalah mental. Sebuah survey pada pembacanya yang dilakukan the Telegraph pada
tahun 2002 menunjukkan bahwa sebanyak 32% pembacanya stress setelah terjebak
kemacetan, bahkan lebih tinggi dari pembaca yang stress setelah memperoleh
tagihan pajak. Stress berhubungan erat dengan penurunan ketahanan tubuh dan
berujung pada kerentanan penyakit.
Yang tidak kalah
membahayakan adalah polusi yang ditimbulkan kendaraan. Jika terjebak kemacetan,
kendaraan cenderung melaju dengan porseneling rendah, situasi ini cenderung
memboroskan bahan bakar dan menghasilkan gas buang yang kurang bersih, ditambah
dengan tingginya penggunaan kendaraan berusia tua yang tidak memperoleh uji
emisi atau kelayakan jalan bisa terlihat bagaimana tinginya pencemaran akibat
emisi gas buang ini. Sebagai hasilnya, pernahkan anda bayangkan kemacetan
juga juga merugikan kesehatan penduduk yang tinggal di sekitar area
kemacetan? Berbagai penyakit akan mengancam, yang paling sering adalah gangguan
pernafasan dan paling berbahaya adalah kanker. Studi yang dilakukan di Bangkok
dengan tingkat polusi dan kemacetannya lebih rendah dari Jakarta menunjukkan
bahwa kemacetan “mengancam” kesehatan masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Bisa kita perkirakan hal yang sama juga terjadi pada kasus kasus
kemacetan di beberapa kota besar di Iindonesia. Terekspos benzena kronis akibat
pembakaran BBM adalah ancaman serius pada peningkatan resiko terserang kanker
pada penduduk perkotaan yang dekat dengan kemacetan.
Apakah kemudian
berhenti sampai di sana, tidak hazard yang ditimbulkan kemacetan bagi kesehatan
masyarakat masih sangat banyak. Satu contoh lainnya adalah kebisingan suara
yang ditimbulkan kemacetan, tidak hanya berasal dari bunyi mesin tetapi juga
bunyi sirene. Pengendara yang tidak sabar dan stress akibat macet seringkali
bertindak irasional dengan membunyikan sirene berulang kali. Akibatnya tidak
hanya pengendara yang tambah stress, penduduk sekitarnya pun akan tambah
pusing. So, kalau dikait-kaitkan, kemacetan-stress-taya
tahan tubuh lemah-polusi-gangguan pernafasan-resiko kanker-masalah kesehatan
masyarakat.
Pengembangan transportasi masal adalah solusi yang harus
dipikirkan serius dan dieksekusi secara tegas, saya tidak akan masuk bagaimana caranya
karena tidak berkompeten, tetapi jika semboyan lebih baik mencegah adalah benar
maka sudah saatnya perjuangan advokasi mengatasi kemacetan juga menyajikan
bukti-bukti terkait masalah kesmas yang ditimbulkannya.